MEDIA
PEMBELAJARAN MASA DEPAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF PERKEMBANGAN REVOLUSI INDUSTRI
4.0 DAN 5.0
Revolusi
merupakan perubahan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dalam menjalankan
tuntutan kebutuhan kehidupan. Proses aktivitas ini mempengaruhi sistem
pendidikan yang akan dijalankan, pendidikan harus mampu membekali peserta didik
dengan keterampilan mencari, menyimpulkan, menyampaikan serta tata cara
menggunakan informasi dan teknologi. Era Revolusi Industri 4.0 membawa tuntutan
tersendiri bagi dunia pendidikan, lembaga pendidikan harus mempersiapkan
literasi dan orientasi baru dalam bidang pendidikan, literasi baru itu sendiri
berupa literasi data, teknologi dan sumber daya manusia. Rumusan masalah dalam
artikel adalah bagaimana pendidikan dan peran guru era revolusi industri 4.0,
dengan menggunakan library research. Pendidikan era revolusi
industri 4.0 dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusia, adaptasi dan pembaharuan dalam komponen pendidikan, peningkatan kompetensi
dan keterampilan pendidik dengan keterlibatan teknologi pada proses
pembelajaran. Kurikulum harus mampu melengkapi kemampuan peserta didik yang
dapat berkontribusi secara langsung di masyarakat, mengarah dan membentuk siswa
yang siap menghadapi era revolusi industri dengan penekanan pada bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM).
Reorientasi
pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran berbasis TIK, internet
of things, big data dan komputerisasi untuk menghasilkan lulusan
yang mampu bersaing di era global. Sekolah dan pendidik dalam memutuskan
bagaimana pendidikan dan pembelajaran diselenggarakan, guru harus memiliki
softskill yang kuat dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered learning), pembelajaran yang kolaboratif (collaborative
learning), pembelajaran penuh makna, dan pembelajaran yang terintegrasi
dengan nilai-nilai luhur di kehidupan sehari-hari.
Perubahan paradigma pendidikan merupakan suatu konsep yang menggambarkan pergeseran dalam cara pendidikan diselenggarakan dan dihadapi dalam menghadapi perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, yang pesat di era digital dan inovasi. Era Society 5.0 menekankan pada pemanfaatan teknologi, konektivitas, dan inovasi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan solusi terhadap berbagai tantangan global. Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini. Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Era society 5.0 sendiri diperkenalkan oleh pemerintah jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu (VUCA). Dikhawatirkan invasi tersebut dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang dipertahankan selama ini.
Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Selain pendidikan beberapa elemen dan pemangku kepentingan seperti pemerintah, Organisasi Masyarakat (Ormas) dan seluruh masyarakat juga turut andil dalam menyambut era society 5.0 mendatang. Kemendikbud mengatakan bahwa untuk menghadapi era society 5.0 ini satuan pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan. Diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk Merdeka Belajar.
Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 seperti internet of things, Artificial Intelligence, Big data, dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Society 5.0 juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Menghadapi era society 5.0 ini dibutuhkan kemampuan 6 literasi dasar seperti literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi di dunia digital. Kemudian literasi teknologi, memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, dll). Dan terakhir adalah literasi manusia yaitu humanities, komunikasi dan desain, sebagai pendidik di era society 5.0, para guru harus memiliki keterampilan di bidang digital dan berpikir kreatif.
Menurut Zulfikar Alimuddin, Director of Hafecs (Highly Functioning Education Consulting Services) menilai di era masyarakat society 5.0 guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas. Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus dimanfaatkan pendidik di era society 5.0, diantaranya IoT (Internet of Things), VR (Virtual Augmented Reality), pemanfaatan AI (Artificial Intelligence) dalam dunia Pendidikan untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar. Menurut Sifia dalam Rahayu Dinamika transformasi pendidikan telah berkembang secara pesat, seiring dengan teknologi yang semakin berkembang. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya sistem dan metode pembelajaran yang didukung oleh teknologi dunia digital. Perkembangan tersebut ditandai dengan determinasi era globalisasi. Indrawarman dan Hafidhoh dalam Rahayu.
Determinasi globalisasi ini ditandai dalam era
industri 5.0. Era revolusi industri 5.0 dapat dimaknai sebagai masyarakat yang
di mana setiap kebutuhan harus disesuaikan dengan standar gaya hidup setia
masyarakat serta pelayanan produk yang sudah berkualitas tinggi dan memberi
rasa nyaman terhadap semua orang. Era society 5.0 merupakan penyelesaian dari
keresahan Masyarakat terhadap era revolusi 4.0 mengenai teknologi yang semakin
akan menggantikan tenaga manusia yang mengakibatkan mengurangi lapangan pekerjaan.
Era society 5.0 ini sangat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan yang terjadi
antara masyarakat dengan masalah ekonomi di 10 tahun yang ke depan atau bahkan
lebih. Pendidik juga harus memiliki kecakapan hidup abad 21 yaitu memiliki kemampuan
leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence,
entrepreneurship, dll. Fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini
dikenal dengan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication,
dan collaboration. Tenaga pendidik di abad 21 ini harus menjadi penggerak yang mengutamakan
murid dibandingkan dirinya, inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya,
mengambil tindakan tanpa disuruh, terus berinovasi serta keberpihakan kepada
murid. Akan tetapi dengan adanya perubahan ini banyak yang mempertanyakan
apakah peran guru dapat tergantikan oleh teknologi? Namun, ada peran guru yang
tidak ada di teknologi diantaranya interaksi secara langsung di kelas. ikatan
emosional guru dan siswa, penamaan karakter dan modelling. keberhasilan suatu
negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0, turut ditentukan oleh kualitas
dari pendidik seperti guru. Para guru dituntut menguasai keahlian, kemampuan
beradaptasi dengan teknologi Pendidikan harus mempersiapkan orientasi dan
literasi baru dalam bidang pendidikan. Literasi lama mengandalkan baca, tulis,
dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu
literasi data, teknologi dan sumber daya manusia.
Literasi
data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari
data dalam dunia digital. Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk
memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi
sumber daya manusia yakni kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan
berkarakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar